MEDAN, Garuda Nusantara - Kepala Dinas Sosial (Kadinsos) Endar Sutan Lubis berang mendengar ada keluhan warga yang tak di layani dengan baik oleh stafnya.
Endar menyebutkan dengan tegas apabila ada di bawah kepeminpinannya yang berlaku tidak baik maupun itu status negeri sipil (PNS) maupun peran pembantu akan diberhentikan secara tidak hormat, Jumat (8/5/2020).
"Mana warganya yang berkata seperti itu bawa kemari, tunjukkan pada saya. Tunjukkan staff saya, hari ini saya pecat. Tapi ingat, apabila warga tidak benar tidak dilayani dengan baik akan saya laporkan ke polisi,” tegas Endar.
Seperti diketahui, tampak warga masih memadati halaman dan pintu masuk kantor dinas sosial itu, sesekali terdengar arahan menggunakan pengeras suara agar menjaga jarak (social distancing).
Warga yang berdatangan ke Kantor Dinas Sosial diketahui dari berbagai kelurahan yang ada di Kota Medan untuk kepentingan pengurusan keterangan tidak mampu, bantuan sosial, BPJS, Kartu KIS, serta subsidi dan PLN.
Lebih lanjut diberitakan sebelumnya, sejumlah ibu rumah tangga (IRT) mengeluhkan pelayanan Kantor Dinas Sosial. Kejadian ini bermula dari sekelompok orang tua, ibu rumah tangga separuh baya menyambangi kantor dinas sosial medan perihal arahan dari Kepala Lingkungan (Kepling) Kelurahan Harjosari ll dan juga arahan dari Kepala Lingkungan (Kepling) Tanjung Gusta untuk mendatangi Kantor Dinas Sosial perihal dana bantuan social, Senin (4/5/2020).
Lilik Haryono dan rekannya mengakui menerima bantuan sembako yaitu beras 5 kg dan telur satu papan serta bukanlah penerima Program Keluarga Harapan (PKH) seperti yang disebutkan Kepling. Lilik Haryono menegaskan tidak terima perkataan Kepala Lingkungan (Kepling) bahwa dirinya tidak lagi mendapatkan bantuan sosial (bansos).
IRT yang sehari hari berprofesi sebagai buruh cuci harian ini protes mengapa tak diikutsertakan untuk penerima bantuan bansos ini. "Saya berani sumpah tidak ada penerima PKH dan saya benar-benar butuh bantuan, suami saya buruh bangunan dan sekarang tidak ada kerjaan, jadi kami makan apa lagi,” keluhnya.
Berangkat dari persoalan itu, Lilik bersama beberapa IRT lainnya mendatangi Kantor Dinas Sosial, bukannya mendapatkan jawaban ibu rumah tangga ini malah diduga diperlakukan dengan tidak baik.
"Iya bang kami masuk baik-baik mau mempertanyakan permasalahan ini dan berharap mendapatkan titik terang. Dan atas arahan dari kepling, kami kemari namun nyatanya kami dibentak dan diusir keluar padahal kami sedang berpuasa,” bebernya. (Ly tnb)
Endar menyebutkan dengan tegas apabila ada di bawah kepeminpinannya yang berlaku tidak baik maupun itu status negeri sipil (PNS) maupun peran pembantu akan diberhentikan secara tidak hormat, Jumat (8/5/2020).
"Mana warganya yang berkata seperti itu bawa kemari, tunjukkan pada saya. Tunjukkan staff saya, hari ini saya pecat. Tapi ingat, apabila warga tidak benar tidak dilayani dengan baik akan saya laporkan ke polisi,” tegas Endar.
Seperti diketahui, tampak warga masih memadati halaman dan pintu masuk kantor dinas sosial itu, sesekali terdengar arahan menggunakan pengeras suara agar menjaga jarak (social distancing).
Warga yang berdatangan ke Kantor Dinas Sosial diketahui dari berbagai kelurahan yang ada di Kota Medan untuk kepentingan pengurusan keterangan tidak mampu, bantuan sosial, BPJS, Kartu KIS, serta subsidi dan PLN.
Lebih lanjut diberitakan sebelumnya, sejumlah ibu rumah tangga (IRT) mengeluhkan pelayanan Kantor Dinas Sosial. Kejadian ini bermula dari sekelompok orang tua, ibu rumah tangga separuh baya menyambangi kantor dinas sosial medan perihal arahan dari Kepala Lingkungan (Kepling) Kelurahan Harjosari ll dan juga arahan dari Kepala Lingkungan (Kepling) Tanjung Gusta untuk mendatangi Kantor Dinas Sosial perihal dana bantuan social, Senin (4/5/2020).
Lilik Haryono dan rekannya mengakui menerima bantuan sembako yaitu beras 5 kg dan telur satu papan serta bukanlah penerima Program Keluarga Harapan (PKH) seperti yang disebutkan Kepling. Lilik Haryono menegaskan tidak terima perkataan Kepala Lingkungan (Kepling) bahwa dirinya tidak lagi mendapatkan bantuan sosial (bansos).
IRT yang sehari hari berprofesi sebagai buruh cuci harian ini protes mengapa tak diikutsertakan untuk penerima bantuan bansos ini. "Saya berani sumpah tidak ada penerima PKH dan saya benar-benar butuh bantuan, suami saya buruh bangunan dan sekarang tidak ada kerjaan, jadi kami makan apa lagi,” keluhnya.
Berangkat dari persoalan itu, Lilik bersama beberapa IRT lainnya mendatangi Kantor Dinas Sosial, bukannya mendapatkan jawaban ibu rumah tangga ini malah diduga diperlakukan dengan tidak baik.
"Iya bang kami masuk baik-baik mau mempertanyakan permasalahan ini dan berharap mendapatkan titik terang. Dan atas arahan dari kepling, kami kemari namun nyatanya kami dibentak dan diusir keluar padahal kami sedang berpuasa,” bebernya. (Ly tnb)
COMMENTS