TAPTENG, garudanusantara.id - Kabupaten Tapanuli Tengah memang cukup fenomenal. Batu lobang,Goa yang berbentuk terowongan ini ternyata menyimpan cerita sejarah mengenai penjajahan Belanda di wilayah Tapanuli.
Menurut warga yang enggan disebut namanya dikonfirmasi Garuda Nusantara di lokasi, Jumat (16/4/2021). Goa ini bernama Goa Belanda, tetapi masyarakat setempat dan wisatawan sering menyebutnya dengan istilah Batu Lobang. Lokasi Batu Lobang berada Jalan Lintas Tarutung-Sibolga tepatnya di Dusun Simaninggir, Desa Bonandolok, Kecamatan Sitahuis.
Kisah yang beredar, keberadaan Batu Lobang tidak terlepas dari sejarah penjajahan Belanda di Tapanuli. Sekitar tahun 1930-an, Belanda memerintahkan dan memaksa rakyat Tapanuli untuk membongkar batu tersebut. Pada awalnya Batu Lobang hanya sebuah bukit batu di wilayah Tapanuli. Tetapi Belanda ingin membuat lubang di bukit batu itu agar mempermudah mereka mengangkut hasil bumi rakyat dari Tanah Batak.
Warga Tapanuli yang meninggal karena membongkar bukit batu itu, berdasarkan cerita yang beredar rakyat Tapanuli yang meninggal saat mengerjakan Batu Lobang dibuang ke jurang dan mayatnya tidak dikubur.
Ketua LAMI (Lembaga Aspirasi Masyarakat Indonesia) Sumatera Utara (Sumut) Timbul Maringan Manurung SH yang juga Advokat di Kota Medan bersama Ketua DPC LAMI Humbahas Tonny Nahampun ketika ditanyai dan diminta tanggapannya Garuda Nusantara mengatakan, perlu adanya perhatian Pemkab Tapteng untuk petugas pemandu yang dijadikan menjadi karyawan harian lepas yang mendapatkan gaji setiap bulannya dilengkapi dengan peralatan sarana Handy Talky (HT).Selain itu, petugas pemandu juga dilengkapi dengan sarana lampu listrik sebagai penerangan di dalam lobang batu, jalan batu lobang. “Didalam gua ini gelap, biarpun siang hari dan bagi para pengendara harus menghidupkan lampu agar terhindar dari tabrakan di dalam lobang gua Belanda,” jelasnya.
“Orang-orang yang ingin menuju Kota Sibolag dari arah Tarutung pasti akan melewati Batu Lobang. Sebenarnya ada dua Batu Lobang di lokasi itu, jarak antara satu Batu Lobang dengan Batu Lobang lainnya sekitar 70 meter. Batu Lobang kedua lebih besar dan lebih panjang daripada Batu Lobang yang pertama,” tambahnya.Melintas di Batu Lobang seperti merasa masuk ke dalam goa atau terowongan. Tidak hanya disinggahi, Batu Lobang juga kerap dijadikan sebagai spot foto bagi sebagian orang. Para pengendara yang melintas di Batu Lobang harus bergantian. Hal ini karena Batu Lobang hanya bisa dilewati satu arah saja. Terutama kendaraan roda empat, tidak bisa melintasi Batu Lobang dari arah berlawanan secara bersamaan. “Nah disinilah perlu ada pemandu agar mobil dari arah Tarutung ke Sibolga tidak saling adu kambing,” pungkas Ketua LAMI Sumut sambil melanjutkan perjalanannya ke Kota Sibolga. (Tim)
COMMENTS