MUKOMUKO, garudanusantara.id - Dinas Pertanian Mukomuko mengalami kendala dalam penanganan penyakit PMK. Menurut pantauan Dinas Pertanian di lapangan ketika melakukan penyuntikan ternak para petani tidak mengandangkan ternaknya.
Ada ternaknya yang dilepas, sebagian besar ternaknya bebas liar tidak diikat. Sehingga sampai sekarang penanganan untuk ternak yang lepas ini belum bisa maksimal. Gerombolan ternak ini tidak diberi pakan oleh pemilik, tidur dibawah pohon, dan yang sangat menyulitkan sekali saat ini gerombolan ternak yang lepas ini sudah mulai terjangkit. Demikian disampaikan Kepala Dinas Pertanian Mukomuko Apriansyah ST MT ketika dikonfirmasi Garuda Nusantara, Rabu (5/10/2022).
Menurut Apriansyah, dibanding dengan Penyakit Jembrana, Penyakit PMK ini tingkat kematiannya sangat rendah. Walaupun ternaknya sudah kena, ternak itu masih hidup. Ini dikarenakan ada kekebalan sendiri yang muncul dalam tubuh ternak tersebut.
Oleh karena itu penanganannya saat ini dalam jangka 14 hari dari penyuntikan Dinas Pertanian menyarankan kepada para peternak untuk terus melihat perkembangan dan memantau ternak masing-masing. “Karena ada kekebalan tubuh sendiri dan tanpa harus diobati dan hasilnya ternak itu masih aman. Yang jelas dibanding dengan penyakit Jembrana, ternak yang terkena penyakit langsung mati. Sementara penyakit PMK ini walupun sudah kena masih bisa bertahan hidup," jelas Apriansyah.
Selanjutnya mengenai eliminasi, Dinas Pertanian Mukomuko sudah berupaya untuk mengusulkan di tahun ini. Namun Dinas Pertanian lebih yakin dilaksanakan di tahun 2023 disebabkan Distan kesusahan dalam mencari format dalam aplikasi SIPD.
“Untuk obat yang akan digunakan Dinas Pertanian berencana menganggarkan di tahun 2023 sebesar Rp100.000.000 dan memasukkannya ke dalan SIPD. Akan kita masukkan seluruh jenis obat ke dalam SIPD. Disamping beli obat juga nanti untuk biaya operasional lapangan yaitu dengan menggandeng tim seperti dari pihak kepolisian, TNI, Forbi dan juga masyarakat," ujar Apriansyah.
Menganai penyakit Jembrana, Kadis Apriansyah mengatakan, penyebaran penyakit itu sangat turun dan sampai saat ini belum ada temuan kasus yang terbaru. Yang mana dengan sendirinya sudah mulai kurang karena yang lebih mendominasi adalah penyakit PMK. Artinya dalam hal ini penyakit Jembrana tetap dipantau, namun tidak ada kasus sekarang ini.
Pencegahannya adalah masyarakat pemilik ternak sudah rutinitas melakukan konsultasi dan juga koordinasi dengan petugas peternakan di lapangan dan mereka sudah mempunyai pola pengobatan sendiri. Seperti rutinitas memberikan suntikan vitamin, anti body, anti biotik. "Jikalau ada sedikit gejala mereka sudah langsung memberikan obat obat itu secara mandiri," tutup Apriansyah.
Sebagai informasi, PMK adalah penyakit Kulit dan Mulut yang mana penyakit infeksi virus yang bersifat akut dan sangat menular. Penyakit ini menyerang semua hewan berkuku belah/genap, seperti sapi, kerbau, babi, kambing, domba termasuk juga hewan liar seperti gajah, rusa dan sebagainya. (MTH)
COMMENTS